INI
bukan soal salah atau benar. Tapi soal SIKAP HATI di hadapan Allah:
antara orang yang ‘senang meminta’ dan ‘senang bersyukur’. Yang senang
meminta, sedang menghadirkan ‘kesempitan hidup’ ke dalam jiwanya.
Sedangkan yang senang bersyukur, sedang menghadirkan ‘kelapangan hidup’.
Apalagi, TERKABULNYA sebuah PERMINTAAN dalam doa itu ternyata banyak SYARATNYA. Yaitu: (1) hanya jika meminta kepada Allah,
(2) hanya bagi yang memenuhi segala perintah-Nya, (3) hanya bagi yang
beriman kepada-Nya, (4) Masih ditambah: mudah-mudahan sudah benar
prosesnya. Yang demikian itu diceritakan dalam ayat berikut ini.
QS. Al Baqarah (2): 186
Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku dekat. Aku MENGABULKAN permohonan orang yang berdoa
APABILA ia memohon (hanya) kepada-Ku, maka HENDAKLAH mereka itu MEMENUHI
(segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka BERIMAN kepada-Ku,
MUDAH-MUDAHAN mereka berada dalam (proses) yang benar.
BANDINGKAN dengan orang yang bersyukur. Allah tidak menuntut persyaratan
apa pun. Bahkan langsung memberikan JAMINAN. Bahwa barangsiapa
bersyukur, Allah PASTI akan menambah kenikmatan atas apa yang
disyukurinya itu. Pokoknya, pandai bersyukur, pasti dapat nikmat..! Ga
pakai minta, atau ‘nyuruh’, apalagi ‘mendikte’ segala … :(
QS. Ibrahim (14): 7
Dan ketika Tuhanmu menginfomasikan: "SUNGGUH jika kamu bersyukur, PASTI
Kami TAMBAH (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (kufur), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Hmm.., jadi bersyukur itu
sebenarnya adalah sebentuk DOA dengan kemustajaban yang sangat tinggi.
Jauh lebih mustajab dibandingkan dengan cara meminta-minta. Meskipun,
tentu saja, semua itu boleh-boleh aja. Lha wong yang mengabulkan doa itu
bukan saya, tapi DIA… :)
No comments:
Post a Comment